1 Petrus 1:22-23 (TB)
Karena kamu telah menyucikan dirimu oleh ketaatan kepada kebenaran, sehingga kamu dapat mengamalkan kasih persaudaraan yang tulus ikhlas, hendaklah kamu bersungguh-sungguh saling mengasihi dengan segenap hatimu.1:23 Karena kamu telah dilahirkan kembali bukan dari benih yang fana, tetapi dari benih yang tidak fana, oleh firman Allah, yang hidup dan yang kekal.
Andrea Bocelli, penyanyi opera dan musik pop Italia, pernah berkata tentang dirinya sendiri, “Saya selalu tahu bahwa saya dilahirkan untuk bernyanyi.” Ketika kita mengatakan seseorang dilahirkan untuk bernyanyi, kita berbicara tentang kemampuan alami mereka untuk bernyanyi dengan merdu. Kita berbicara tentang keinginan mereka yang tak tertahankan untuk tampil dan bernyanyi. Bernyanyi adalah hal terbaik yang mereka lakukan. Bocelli menyadari bahwa dia adalah salah satu dari mereka yang terlahir ke dunia untuk bernyanyi. Ia tidak menyia-nyiakan kemampuan ini; ia mengasah kemampuannya dan memberikannya kembali kepada dunia. Bocelli masuk kedalam nominasi Penghargaan Grammy Awards dalam kategori ‘Artis Pendatang Baru Terbaik’ pada tahun 1999, dan ‘Penyanyi Pria Terbaik kategori Pop’ pada tahun 2000. Lagu duetnya dengan Celine Dion, ‘The Prayer’ menjadi lagu hits yang memecahkan rekor dunia.
Rasul Petrus, dalam suratnya, mengatakan hal yang sama tentang kita. Kita dilahirkan untuk mengasihi. Itu artinya, kita diberi kemampuan alami untuk mengasihi dan juga memiliki keinginan yang tak terbendung untuk mengasihi. Mengasihi adalah kemahiran terbaik kita sebagai orang Kristen. Ketika kita lahir baru, kita dilahirkan dari Roh Kudus. Seketika itu juga saat lahir baru, Roh Kuduslah yang berdiam di dalam kita, bersama dengan kasih Kristus. Roma 5:5 menyatakan, “…kasih Allah telah dicurahkan ke dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita.” Artinya selama Roh Kudus diam di dalam kita, dan Ia datang untuk tinggal selamanya dalam kita, kita tidak akan pernah bisa kehilangan kemampuan untuk mengasihi. Kapasitas kita untuk mengasihi tidak terbatas. Tak akan ada waktu atau situasi apapun dimana kita tidak mampu mengasihi selama kasih yang kita gunakan adalah kasih-Nya Bapa melalui Roh Kudus.
Meskipun terlahir sebagai penyanyi alami, Bocelli masih perlu melatih dan mengembangkan kemampuannya dalam bidang seni tarik suara secara maksimal dengan berlatih menyanyi sebanyak mungkin. Hal yang sama inilah yang Rasul Paulus minta dari kita sehubungan dengan perihal mengasihi. Kata “bersungguh-sungguh” dalam ayat 22 mengacu pada tindakan merenggangkan otot atau melatih otot kita agar menjadi kuat. Rasul Paulus berkata bahwa meskipun mengasihi seharusnya merupakan hal yang natural bagi kita, kita tetap harus melatih diri kita untuk mengasihi lebih lagi sampai akhirnya kita dapat mengasihi tanpa syarat.
Saudara terkasih, kita hanya dapat mengasihi ketika kita menerima dan mengalami kasih Allah. 1 Yohanes 4:10 mengatakan: “Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita.”
Kita tidak bisa memberikan sesuatu yang tidak kita miliki. Kita perlu merenungkan kasih yang Allah miliki bagi kita terus-menerus. Ketika Anda merasa tidak dikasihi, berdoalah dan minta Tuhan untuk menunjukkan betapa Dia mencintai Anda.
Di akhir penampilannya, Bocelli berkata: “Memiliki kesempatan untuk dapat bernyanyi lagi di hadapan Allah Bapa, pada-Nya saya mengabdi dengan tulus, mempersembahkan persembahan yang sungguh-sungguh datang dari hati yang paling dalam sebagai seorang Katolik yang setia, adalah merupakan kehormatan besar bagi saya, dan inilah tujuan saya, panggilan saya dan kesukaan saya untuk berdoa bersama.” Bocelli mengenali tujuannya, panggilan dan kesukaannya, yaitu berdoa dan melayani Tuhan bersama-sama. Doa saya untuk kita, sebagai umat Kristiani, kita dapat mengenali tujuan kita, panggilan dan kesukaan kita, yaitu untuk saling mengasihi tanpa syarat dengan sungguh-sungguh. (ESP-GKK)